2500 Anak Stunting di Kota Bogor, Wakil WaliKota Dedie Rachim : Penanganannya Perlu Inovasi
Data Dinkes Kota Bogor : Ada Delapan Kelurahan Beresiko atau Lokus Stunting pada Anak di Tahun 2023.
BRO. KOTA BOGOR – “kita ingin betul-betul terpetakan. Kalau dilihat dari total kasus stuting di kota Bogor itu tersisa 2.500 anak”.
Ini pernyataan Wakil Walikota Bogor Dedie A Rachim Ketika menyaksikan bantuan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dari Boxis 123 Mall untuk 12 anak yang masuk kategori Stunting di Kelurahan Tajur Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor, Rabu (8/3).
Menurut Dedie Rachim penanganan atau pengentasan Stunting perlu inovasi. Inovasi-inovasi yang dilakukan oleh kota Bogor pertama, kita membentuk manajemen baru penanganan stunting.
Kedua, harus melibatkan dunia usaha. Kalau memakai uang pemerintah itu terbatas.
“Ketiga adalah jumlah stunting harus terpetakan sehingga 2.500 anak ini sedang kita upayakan by name by address, supaya apapun bantuannya dan langkah yang diambil tetap sasaran,” ungkap Dedi A Rachim.
Namun dibalik keseriusan Pemkot Bogor Bersama Dinas Kesehatan dalam penanganan 2500 anak kasus Stunting , tentu jumlah anak stunting itu bukanlah hal biasa . Karena menyangkut kualitas dan masa depan penerus bangsa. Bahkan membuat publik bertanya kok bisa ya, bila dibandingkan dengan keberhasilan beberapa program pembangunan fisik di Kota Bogor seperti pembangunan sejumah Taman kota dan pembangunan strategis lainnya.
Begitu juga reaksi spontan dari salah seorang wakil rakyat di DPRD Kota Bogor yang merasa kaget mendengar adanya jumlah 2500 anak stunting di Kota Bogor.
“Kok begitu banyak kasus stunting di Kota Bogor, ini harus menjadi perhatian serius Pemkot Bersama Dinkes Kota Bogor, jangan dianggap enteng,” ujar HM Zaenal Abidin, Fraksi Gerindra ketika dimintai komentarnya terkait kasus stunting di Kota Bogor, Rabu (8/3)
Disisi lain, Zaenal juga menyatakan apresiasinya terhadap pernyataan Wakil Walikota Dedie Rachim yang secara transparan mengungkap masih tersisa 2500 anak stunting di Kota Bogor.
“ Ini harus kita sikapi bersama, peran kader pos yandu di tingkat RT/RW, Puskesmas dan Kelurahan harus lebih masif. Jangan hanya melakukan rutinitas seperti penimbangan Balita Sedangkan balita atau anak yang masukj kategori stunting terabaikan ,” harap Zaenal.
Sementara berdasarkan data yang disampaikan Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bogor, Erna Nuraena disebutkan ada delapan Kelurahan di Kota Bogor beresiko atau lokus stunting pada anak tahun 2023 ini.
Pada data itu disebutkan penanganan sesuai urutan jumlah anak stunting terbanyak yaitu pertama di Kelurahan Ranggamekar, Kecamatan Bogor Selatan, keluarga berisiko stunting sebanyak 1.707. Jumlah anak stunting berjumlah 190. Prevalensi stunting 16,71 persen.
Selanjutnya Kelurahan Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah, keluarga berisiko stunting sebanyak 1.994. Jumlah anak stunting 149. Prevalensi stunting 14,06 persen.
Di Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, berada di urutan ke tiga dengan keluarga berisiko stunting sebanyak 2.673. Jumlah anak stunting 121. Prevalensi stunting 5,21 persen.
Kelurahan Cikaret, Kecamatan Bogor Selatan, keluarga berisiko stunting sebanyak 2.577. Jumlah anak stunting 119. Prevalensi stunting 8.00 persen.
Untuk Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Tanah Sareal, keluarga berisiko stunting 3.006. Jumlah anak stunting 98. Prevalensi stunting 4,86 persen.
Kemudian Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, keluarga berisiko stunting 1.808. Jumlah anak stunting sebanyak 82. Prevalensi stunting 6,86 persen.
Sedangkan dua Kelurahan Curug dan Cilendek Timur, Kecamatan Bogor Barat, berada paling kecil dengan jumlah anak stunting yang sama yaitu sebanyak 79 anak. Sedangkan di kelurahan Curug keluarga berisiko stunting 1.639. dan Prevalensi stunting 7,32 persen.
Di Kelurahan Cilendek Timur, keluarga berisiko stunting 2.14 dan Prevalensi stunting 7.00 persen.
Program lainnya yang di lakukan Dinas Kesehatan Kota Bogor untuk menekan angka Stunting adalah melalui program “Taleus Bogor” ( Tanggap Leungitkeun Stunting) dari kota Bogor. Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk memberikan edukasi gizi masyarakat agar sehat.
Editor : Adjet