Amankan Pasokan Pangan di Masa Pandemi Covid-19, IPB University Minta Petani dan Nelayan Dilindungi
BRO, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University Sahara menjelaskan pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) menyebabkan shocks semua aspek perekonomian, terutama terkait permintaan pertanian.
Menurutnya, kondisi tersebut berpengaruh terhadap berubahnya perilaku konsumen dari yang tadinya off-line mode menjadi on-line mode. Meskipun sebelumnya metode online ini sudah mulai berkembang, namun adanya pandemi Covid-19 dan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memaksa para konsumen untuk beralih ke metode ini.
“Metode on-line bukan tanpa tantangan, namun setiap aktor perlu menyesuaikan diri,” ujarnya dalam Webinar Seri 1 dengan tema ‘Finding Solutions Together: Broken food, Agriculture and Fisheries Supply Chain in Time of Covid-19 Pandemic’, pada Rabu (20/05/2020).
Dalam Webinar peringatan hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2020 Sekolah Vokasi (SV) IPB University juga menjelaskan ada beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain perbaikan sarana dan prasarana (internet dan infrastruktur lain). “Bahkan, perlu juga pemberian subsidi atau bantuan teknis dan finansial untuk para petani/peternak,” ujarnya.
Bahkan Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University Luky Adrianto memaparkan pandemi ini mengakibatkan gejolak dengan level yang berbeda pada setiap rantai pasok.
“Gejolak ini terutama berkaitan dengan aspek ekonomi dan sosial bukan pada aquatic ecosystem resources-nya,” katanya.
Ia juga menyebutkan tren perdagangan produk perikanan ke negara-negara tujuan eskpor dan domestik mengalami penurunan. Pihaknya ingin mengusulkan strategi penanggulangan jangka pendek dan jangka panjang.
“Untuk strategi penanggulangan jangka panjang, penekanannya adalah Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) based economy, digitalisasi sektor perikanan, block chain dan peningkatan efisiensi,” terangnya.
Sementara Dekan Sekolah Vocation IPB University Arief Daryanto menjelaskan perbedaan antara konsep supply chain dengan value chain. Selain itu, secara lebih makro paparannya diarahkan pada bagaimana pandemi COVID-19 berpengaruh pada sistem pangan.
“Pengaruh pandemi Covid-19 dapat dianalogikan seperti domino effects. Gangguan terhadap sistem pangan dan pertanian terutama dikaitkan pada beberapa hal seperti ketersediaan, harga, pasar dan regulasi, aksesibilitas, affordability, convenience dan desirability,” katanya.
Ia menawarkan beberapa solusi yang dapat dilakukan pada saat ini dan ke depan. Solusi tersebut antara lain adalah pentingnya dukungan pemerintah terhadap para petani/peternak/nelayan dalam bentuk pemberian insentif dan/atau subsidi.
“Khususnya dalam proses produksi dan memasarkan produk mereka, akselerasi pengembangan infrastruktur dan logistik rantai dingin, konsolidasi industri dan integrasi vertikal, peraturan dan penegakan keamanan pangan yang lebih ketat,” katanya.
Menurutnya pergeseran lebih cepat menuju digitalisasi dan otomatisasi, e-commerce pertanian, pangan, penggunaan platform big-data, kemitraan publik-swasta, kontrol harga dan bank makanan berbasis masyarakat.
Semoga Webinar SV ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama dalam mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditimbulkan oleh adanya pandemi Covid-19.
“Sumbangsih pemikiran yang dipaparkan para pembicara dan para peserta dapat menjadi langkah bersama yang konkrit dalam upaya mengatasi permasalahan bergejolaknya rantai pasok produk pangan di Indonesia,” katanya.
Penulis : Robby Firliandoko
Editor : Hari YD