Berita Utama

Inilah Social Distancing di Malioboro, Yogyakarta

BRO, Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menerapkan protokol social distancing sebagai upaya mencegah covid-19 bagi wisatawan dan warga sekitar.

Upaya tersebut di antaranya membatasi jumlah pengunjung dan membagi Malioboro menjadi 5 zona.

Jika sebelumnya kapasitas pengunjung Malioboro sekitar 5.000 sampai 10.000, selama pandemi covid-19 pengunjung Malioboro dibatasi hanya 2.500 saja.

Pembatasan jumlah pengunjung ini, kata Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi akan diterapkan di masa transisi new normal.

“Selama masa transisi new normal kita batasi jumlah pengunjung hanya 2.500, karena ada lima zona, berarti satu zona ada 500 orang. Zona itu juga berlaku di pedestrian timur dan barat,” kata Heroe, berapa waktu lalu.

Dia merincii, 5 zona tersebut yakni, zona satu adalah Hotel Grand Inna Malioboro hingga Mall Malioboro. Zona dua adalah Mall Malioboro hingga Kepatihan.

Zona tiga adalah Kepatihan hingga Hotel Mutiara. Zona empat yakni Hotel Mutiara hingga Pasar Beringharjo. Terakhir, zona lima yakni Pasar Beringharjo hingga Titik Nol Kilometer.

“Sudah ada titik-titik untuk menunggu. Di zona juga kita siapkan titik-titik untuk berdiri. Nanti kita evaluasi, apakah terlalu padat atau tidak,” ujarnya.

Karena Malioboro adalah destinasi wisata unggulan, Heroe menyebut Pemkot Yogyakarta tengah serius menerapkan protokol baru ini.

“Kami buat dari Inna Garuda sampai Alun-alun Utara termasuk Taman Pintar menjadi satu kawasan percontohan untuk teman-teman destinasi wisata lain di Kota Yogyakarta,” imbuhnya.

“Makanya kami ingin lebih baik lagi dalam upaya membuat protokol new normal, supaya bisa ditiru destinasi lain,” tuturnya.

Ia juga melihat, wisata di Maliboro mulai menggeliat. Ada peningkatan jumlah pengunjung tiap minggunya.

Heroe mengaku pengunjung sudah mulai meningkat, dari awalnya 100 per hari, sekarang sudah meningkat jadi 500 sampai 600 per hari.

“Jadi kami harus siapkan betul-betul. Termasuk nanti kita pikirkan juga bagaimana pembeli di PKL. Kalau PKL kan sudah jaga jarak, yang jadi problem nanti pembelinya,” lanjutnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Maryustion Tonang menambahkan, QR code yang ada di Malioboro dibuat lebih sederhana dan sudah disesuaikan dengan penerapan zona Malioboro.

“Dengan adanya QR code ini, kita tahu pengunjung itu ada di mana, ke depan akan terintegrasi dengan mall, dan yang lain,” katanya.

“Sehingga kita bisa menyesuikan dengan kapasitas Malioboro. Selain itu juga kalau terjadi apa-apa mudah dalam pelacakan. Data ini juga terintegrasi dengan puskesmas,” sambungnya.

Kemungkinan pihaknya juga akan menerapkan pembatasan durasi kunjungan.

“Kami akan terus kembangan QR code ini, supaya tidak hanya menjadi alat untuk memantau saja, tetapi menjadi promosi pariwisata di Kota Yogyakarta,” ungkapnya.

Penulis: Redaksi si Bro

Editor: Adi Kurniawan

Show More

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button