Omzet Penjualan Kelengkapan Sekolah Anjlok Hingga 90 Persen
BRO, Tahun Ajaran Baru 2020/2021 belum tahu kapan anak didik masuk sekolah. Seperti tahun sebelumnya pada Juni atau Juli sebelum bersekolah, banyak orang tua sibuk membeli keperluan sekolah mulai dari alat tulis hingga kaos kaki.
Namun, berbeda dengan ini tahun. Terimbas pandemi, penjual alat sekolah mengaku sepi pembeli
Sebab, banyak siswa-siswi yang hingga kini masih harus belajar di rumah lantaran wabah.
Pedagang alat sekolah di Cianjur, Jawa Barat hanya bisa pasrah mendapati omzet mereka menurun, bahkan hingga 90 persen.
“Sejak dua pekan terakhir, nyaris tak ada yang belanja alat sekolah. Apalagi seragam, tas dan sepatu,” tutur salah satu pedagang perlengkapan sekolah Fanny Amiyani (40).
Berharap wabah berlalu
Senada dengan Fanny, pedagang alat sekolah lainnya, Ujang (35) merasakan betul perbedaan tahun ajaran sebelumnya dengan di masa pandemi saat ini.
Dahulu, ia selalu berbelanja banyak kebutuhan sekolah untuk dijual kembali menjelang tahun ajaran baru.
Namun karena kini tak ada pembeli, Ujang memilih sabar menanti stok yang ada habis terjual.
“Sekarang stok masih banyak. Apalagi buku dan seragam sekolah. Jadi mau dihabiskan dulu stok yang ada,” katanya.
Ujang berharap, wabah Covid-19 segera usai dan para siswa bisa kembali belajar di sekolah.
“Kalau terus-terusan kondisinya seperti ini, kami bisa semakin merugi, omzet terus-terusan merosot,” keluh dia.
94 persen siswa masih akan belajar di rumah
Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud) Nadiem Makarim mengemukakan, 94 persen peserta didik masih harus tetap belajar dari rumah.
Sebab, para peserta didik itu tersebar di 429 kabupaten/kota yang merupakan zona kuning, oranye dan merah.
“94 persen dari peserta didik kita tidak diperkenankan pembelajaran tatap muka karena masih ada risiko penyebaran Covid-19,” kata Nadiem dalam pengumuman Panduan Penyelenggaraan Belajar Mengajar di Masa Pandemi melalui video telekonferensi, Senin (15/6/2020).
Adapun peserta didik yang saat ini di zona hijau hanya sekitar 6 persen.
Meski demikian, proses pengambilan keputusan mulainya pembelajaran tatap muka bagi satuan pendidikan di zona hijau pun masih harus dilakukan dengan sangat ketat dengan persyaratan berlapis.
Penulis: Redaksi si Bro
Editor: Adi Kurniawan