BRO. Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko Wahyono memprediksi provinsi yang sedikit kasus Corona Virus Disease (COVID-19), seperti Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Papua, bisa selesai terlebih dahulu penyebarannya.
“Ada beberapa Provinsi yang jarang (kasus positif) bisa selesai dengan cepat. Tapi Kota Bogor bisa awal Juni selesai. Saya hitung dan teliti Depok juga kira-kira Juni. Namun, Bogor yang lebih cepat,” ujarnya, kepada wartawan, Kamis (07/05/2020).
Tri menilai Kota Surabaya masih akan meningkat jumlah orang yang terpapar COVID-19. Data pada 7 Mei ini, di Kota Surabaya jumlah orang tanpa gejala (OTG) 1843, orang dalam pemantauan (ODP) 2.825, pasien dalam pengawasan (PDP) 1.354, dan positif 586 orang.
Dosen UI yang fokus mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta faktor terkait dengan populasi itu menyarankan, dilakukan intervensi lokal bersama kabupaten sekitar agar cepat ditanggulangi. Selain itu, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan phsycal distancing secara ketat.
Khusus provinsi besar dengan kasus positif banyak harus terus melakukan upaya yang maksimal. Tri Yunis menilai tidak mungkin wabah COVID-19 ini selesai pada Mei ini di seluruh Indonesia. Dunia saja itu diprediksi baru berakhir pada Juni atau paling lambat Agustus.
“Indonesia, Gugus Tugas memperkirakan Juni. Buat saya itu terlalu cepat,” ucapnya.
Wabah COVID-19, menurutnya, tidak bisa dihentikan dalam waktu singkat. Ini bisa dibandingkan dengan Amerika Serikat, Spanyol, dan Italia, yang melakukan lockdown saja, itu tidak cukup dua bulan. Negeri Pam Sam sendiri sampai saat ini masih ragu-ragu untuk mencabut status lockdown.
Indonesia diprediksi akan lebih lambat karena yang diterapkan PSBB dan social distancing yang dimodifikasi. Pelaksanaannya pun tidak terlalu optimal. Warga masih bebas bergerak dan berkerumun di pemukiman atau pasar tradisional. “Perkiraan selesai akhir Juli atau Agustus kalau pemerintah serius,” ucapnya.
Sementara itu, beberapa negara mengalami gelombang kedua wabah COVID-19, seperti China dan Korea Selatan. Tri Yunis mengatakan sulit memprediksi gelombang kedua di Indonesia. Misal, virus Sars Cov-II menyebar di pemukiman kumuh itu angka positifnya akan meningkat.
“Itu susah dibedakan sedang meningkat apakah itu gelombang yang lain atau sama. Kalau dia pernah menurun, kemudian meningkat itu disebut gelombang kedua,” pungkasnya.
Penulis : Redaksi Si Bro
Editor : Hari Y