Keren, Komunitas Rumah Anak Bumi Bangun Empat Desa Kreatif di Parungpanjang Bogor
Ini 4 Desa Kreatif Berbasis Budaya Meliputi Desa Jagabita (Kerajinan Tangan Bambu), Desa Cibunar (Kerajinan Pengolahan Bank Sampah) Rumah Cinta Bumi, Desa Lumpang (Kerajinan Limbah Ban Mobil Bekas) dan Gintung Cilejet (Kerajinan Tangan Bambu dan Rajut)
BRO. KABUPATEN BOGOR – Komunitas Rumah Anak Bumi (RAB) Membangun “4 Desa Kreatif Berbasis Budaya”, di Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor untuk menumbuhkan ekonomi dan sumber daya manusia dimasyarakat dan bertepatan pada Hari Jadi Kabupaten Bogor (HJB) ke 541 tahun, di Perumnas 1 Desa Cibunar.
Empat Desa Kreatif ini meliputi Desa Jagabita (Kerajinan Tangan Bambu), Desa Cibunar (Kerajinan Pengolahan Bank Sampah) Rumah Cinta Bumi, Desa Lumpang (Kerajinan Limbah Ban Mobil Bekas) dan Gintung Cilejet (Kerajinan Tangan Bambu dan Rajut).
Sebelumnya, Komunitas RAB tengah membangun kerajinan tangan bambu di Desa Jagabita dan di Desa Cibunar juga sedang dibangun Kerajinan Pengelolaan Bank Sampah (Rumah Cinta Bumi).
Terwujudnya ide dan gagasan membangun 4 desa kreatif ini, menurut Founder Rumah Anak Bumi, Ridwan Manatik sudah sangat lama namun baru bisa direalisasikan saat ini.
“Gagasan ini sudah cukup lama ya, awalnya bagaimana desa-desa itu menjadi mandiri, akan tetapi ide itu berkembang untuk membangun desa kreatif. Setelah dilakukan riset terkait sejauhmana potensi desa di Parungpanjang, maka ditetapkan ada 4 desa untuk dibangun menjadi Desa Kreatif,” jelas Ridwan Manatik ketika ditemui bogornetwork.com (5/6).
Tak hanya membangun, Komunitas Rumah Anak Bumi, ungkap Ridwan akan konsisten dan tetap mendampingi Desa-Desa Kreatif Berbasis Budaya di wilayah Kecamatan Parungpanjang bahkan meluas se – Kabupaten Bogor maupun Nasional.
“Kita bakal konsisten, dalam waktu 3 – 5 tahun kedepan kita lakukan pendampingan karya seperti ini, dengan cara pendekatan secara kebudayaan,” harapnya Ridwan Manatik.
Hal Senada diungkapkan Kepala Pusat Studi Reka Rancang Visual dan Lingkungan, Dikdik Adikara Rachman mengaku sangat optimis dan ini adalah kerja budaya.
“Pelatihan ini adalah kepingan dari kerja budaya, budaya kan besar, salah satu kerja budaya itu kita bicara manusianya dong karena sentral, manusia jaman sekarang kan harus bertahan hidup. Ya karena ukuran di era modern saat ini adalah kesejahteraan tentu berkaitan dengan income (pemasukan). Ini namanya pemberdayaan ekonomi masyarakat dan basis dalam pemberdayaan berdasarkan potensi desanya, kedua interaksi masyarakat terhadap potensi desa itu,” kata Dikdik yang juga Dosen Seni Rupa Universitas Trisakti.
Sebelumnya , Adikara sapaan akrabnya telah melakukan riset lapangan di 11 desa se – Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor untuk menjadi Desa Kreatif Berbasis Budaya.
“Dari 11 desa yang paling terukur yaitu ada 4 desa dan 7 desa lainnya tidak kita angkat dengan alasan soal biaya terlalu besar dan pembentukannya perlu waktu lama,” ujarnya
Adikara mengharapkan masyarakat di Kecamatan Parungpanjang bisa lebih kreatif dan tidak kalah dengan perubahan zaman.
“Mereka mandiri dan kreatif tidak kalah oleh perubahan zaman, walaupun suatu ketika Parungpanjang itu sudah tidak adalagi sawah atau kebun, akan tetapi mereka bisa beradaptasi di lingkungan yang baru dengan cara berpikirnya serta kemampuan teknisnya, memiliki kepekaan dalam merespon perubahan lingkungannya,” tambahnya Adikara.
Sementara itu, Koordinator Penata Kelola Perusahaan Madya Kementrian BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Teddy Poernama yang membawa kerjasama PT. Pegadaian bersama Rumah Anak Bumi, dengan nama Pentahelix.
“Ini Program pemberdayaan yang diinisiasi Pak Ridwan Manatik di 4 Desa tidak bisa berdiri sendiri. Dia salah satu elemen yang melaksanakan Program kerjasama Pentahelix 5 (Lima Unsur). Ke 5 unsur itu adalah Academician (Akademisi), Business (Bisnis), Community (Komunitas), Goverment (Pemerintah) dan Media (Publikasi Media). atau biasa disingkat ABCGM,” jelas Teddy Poernama, (5/6)
Menariknya di Program 4 Desa Kreatif ini, lanjut Teddy melibatkan Universitas Trisakti dan ini benar-benar keren. Program ini terwujud berdasarkan riset diawali dari capacity building dengan melibatkan masyarakat Desa dengan potensi dan keunikan masing-masing.
Teddy Poernama, juga berkeyakinan dengan pendampingan tim Universitas Trisakti ini diharapkan bisa menjadi Produk Desa, bahkan PT. Pegadaian mempunyai konsep bagaimana sampah menjadi emas dan mudah-mudahan bisa terwujud di Parungpanjang.
“Sebenarnya BUMN sendiri melakukan kerjasama tanggung jawab sosial dan lingkungan itu sudah banyak, tapi kali ini konsepnya yang mateng diawal, tujuan utama memang untuk peningkatan ekonomi di masyarakat. Tantangannya adalah bagaimana mengajak masyarakat untuk ikut berkerjsama dan diperlukan ‘lokal hero’, kalau lokal hero disini kita anggap Pak Ridwan Manatik,” pungkasnya.
Penulis : Idrus
Editor : Adjet