Soal Pengusiran Petugas Medis di Pasar Cileungsi, Bupati: Kita Beri 2 Pilihan, Tes atau Tutup
BRO. Bupati Bogor Ade Yasin menyatakan pihaknya tetap akan melaksanakan rapid maupun swab test dalam mendeteksi Covid-19 di Pasar Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jumat (12/06/2020).
“Kami akan tetap tes disana (Pasar Cileungsi) karena tingginya angka positif di pasar berimbas ke keluarga pedagang dan khawatir menular ke pembeli,” kata Ade menanggapi viralnya video pengusiran petugas medis yang hendak melaksanakan tes Covid-19 oleh pedagang Pasar Cileungsi.
Baca Juga: Pemkab Bogor Akui Penolakan Tes Covid-19 di Pasar Cileungsi Akibat Kurang Sosialisasi
Pihaknya telah menjadwalkan kembali rapid test maupun Polymerase Chain Reaction (PCR), ketika suasana Pasar Cileungsi kondusif dan para pedagang sudah paham tentang bahaya Covid-19.
“(Jika masih menolak) Kita beri 2 pilihan. Di tes atau ditutup kiosnya. (Sebab) Kita khawatir akan banyak lagi yang positif di luar pasar,” ujarnya.
Tak hanya di Cileungsi, kata dia, tes Covid-19 juga, akan dilakukan di seluruh pasar tradisional yang ada Kabupaten Bogor. “Pasar lainnya juga akan kita jadwalkan tes. Kita sudah minta bantuan BIN (Badan Intelejen Negara) untuk tes di Pasar Cibinong. Sebab kita kerepotan di Kabupaten Bogor itu ada 30 pasar di tambah pasar desa. Jadi perlu bantuan provinsi dan pusat,” tandasnya.
Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 Kabupaten Bogor Terus Bertambah, Klaster Pasar Cileungsi Jadi 26 Orang
Ia menyebutkan, jika memang pasar-pasar tradisional yang sudah terdeteksi adanya risiko penyebaran Covid-19, diperbolehkan buka asal memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan. “Tapi opersionalnya kita batasi hingga sampai jam 1 siang,” jelasnya.
Menurutnya, penolakan tes Covid-19 di Pasar Cileungsi diduga akibat salah paham terkait ditemukannya 4 pedagang yang menjalani tes kemudian hasilnya positif.
Baca Juga: UPDATE: Klaster Pasar Cileungsi Sumbang Kasus Positif Covid-19 Terbanyak di Kabupaten Bogor
“Ini mungkin beda pemahaman, kemarin sengaja datang, karena pada saat tes pertama 15 Mei hasilnya 4 orang positif. Kita tracking keluarganya ada 11 orang yang positif, itu terjadi akhir Mei dan awal Juni. Kemudian swab kedua dilakukan tes kepada 34 orang, ada 1 tulang pijat dan 1 penjaga pasar. Alhasil total yang positif di Pasar Cileungsi ada 26 orang,” tandasnya.
Ia menyebutkan, kesalnya para pedagang yang diekspresikan dengan penolakan kedatangan petugas medis dikarenakan selama ditemukan kasus, berimbas pada sepinya pengunjung.
“Mereka disana beralasan ada yang positif membuat pasarnya jadi sepi mereka khawatir kehilangan pembeli kalau ada positif lagi. Padahal jika mereka paham rapid dan swab test itu mahal. Tapi ini kita kasih gratis, karena kita peduli, eh malah di tolak,” ujarnya.
Namun demikian, pihaknya menganggap pedagang membutuhkan edukasi dan sosialisasi terkait Covid-19 ini, sebab
klaster Pasar Cileungsi ini jumlah kasus positinya sangat besar.
“Disini harus dijelaskan bahwa pasar itu sangat besar positif Covid-19. Sehingga harus menerapkan protokol kesehatan, baik wajib masker, cuci tangan dan jaga jarak. Itu sudah disediakan pihak pasar. Kemudian yang tidak pakai masker baik pedagang maupun pembeli tidak boleh masuk,” ujarnya.
Penulis: Redaksi Bro
Editor: Hari YD