Bakteri E. coli dan Salmonella ditemukan dalam dua jenis makanan yang disajikan kepada siswa. Akibatnya, lebih dari 200 siswa mengalami gejala keracunan,” ujar Dedie Rachim di Rumah Dinas Wali Kota Bogor, Senin (12/5/2025).
BRO. KOTA BOGOR – Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, menegaskan perlunya pengetatan standar operasional prosedur (SOP) makanan sekolah setelah hasil laboratorium menunjukkan adanya bakteri berbahaya dalam sisa makanan yang diduga menyebabkan keracunan massal siswa.
Hasil pemeriksaan dari Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Bogor mengungkap bahwa sisa makanan yang dikonsumsi siswa—terdiri dari nasi, telur mata sapi, tahu, dan tumis toge—terkontaminasi bakteri Escherichia coli (E. coli) dan Salmonella.
“Bakteri E. coli dan Salmonella ditemukan dalam dua jenis makanan yang disajikan kepada siswa. Akibatnya, lebih dari 200 siswa mengalami gejala keracunan,” ujar Dedie di Rumah Dinas Wali Kota Bogor, Senin (12/5/2025).
Hingga kini, hasil pemeriksaan lanjutan terhadap sampel air dan pemeriksaan medis mendalam pada tubuh siswa masih dalam proses.
Dedie menegaskan bahwa kejadian ini harus menjadi peringatan keras bagi semua pihak. Ia mendorong penguatan SOP serta pengawasan yang lebih ketat terhadap makanan di lingkungan sekolah.
“SOP harus diperketat. Jangan sampai dianggap remeh. Ini serius, dan kami dari Pemkot Bogor berkewajiban turun tangan, terutama dalam penanganan medis,” tegasnya.
Sebagai langkah tanggap darurat, Pemerintah Kota Bogor telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) agar seluruh rumah sakit di Kota Bogor dapat mengoptimalkan penanganan korban dengan pembiayaan dari APBD.
“Ini tanggung jawab kita bersama. Harus ada evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang,” tambah Dedie.
Saat ini, sejumlah siswa masih dirawat, namun kondisinya dilaporkan terus membaik.
Editor : Adjet