Sebanyak 69 siswa sekolah menengah di Jawa Barat yang terlibat dalam kenakalan remaja saat ini tengah mengikuti program pembinaan di barak militer. Program ini difasilitasi oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan jajaran TNI, sebagai respons terhadap meningkatnya kasus pelanggaran disiplin di kalangan pelajar.
BRO. MALANG – Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto menegaskan wacana memasukan siswa dan anak bermasalah ‘nakal’ ke barak militer TNI dan Polri untuk dilakukan pembinaan, merupakan siswa bukan hanya nakal tapi sudah bertindak kriminal.
Saat ini, tambah Bima, kenakalan pelajar dan remaja yang terjadi kian mengkhawatirkan dan kerap meresahkan Masyarakat, pasalnya tingkat kenakalan remaja saat ini telah mencapai masuk dalam level kriminal. “Memang tingkat kenakalan sudah banyak meresahkan dan mengkhawatirkan. Bukan lagi nakal, tetapi ada yang sampai sudah kriminal,” ujar Bima usai kunjungan kerja di Balai Kota Malang, Jumat (2/5/2025).
Namun wacana tersebut harus hati-hati saat pelaksaanya, sehingga dalam penanganan anak bermasalah perlu melibatkan pakar dan ahli di bidangnya. “Jadi saran saja, disiapkan, dikonsepkan dengan hati-hati. Melibatkan juga tentunya para pakar, pemerhati keluarga, ahli ilmu keluarga, psikolog, dan tentu harus diajak bicara juga keluarganya,” kata dia.
Wacana memasukkan anak bermasalah ke dalam barak TNI militer ini meski tujuannya untuk pendidikan, tetapi sebisa mungkin dilakukan pengkajian mendalam terhadap konsep pelaksanaannya. “Harus hati-hati, yang namanya mendidik itu bukan hanya sekadar melatih kedisiplinan, tetapi ada unsur psikologis dan kepribadian yang juga harus diperhatikan,” ujarnya.
Oleh karena itu, dalam konsep pembinaan ini disiapkan dan dimatangkan secara serius dengan melibatkan berbagai pihak terkait, konsep penanganan dengan melakukan dialog dua arah dengan pihak keluarga anak untuk memahami akar masalah dan memastikan kerja sama. “Jadi saran saya, disiapkan, dikonsepkan dengan hati-hati. Melibatkan juga tentunya para pakar, pemerhati keluarga, ahli ilmu keluarga, psikolog,” katanya.
Bima mengatakan untuk menekankan bahwa program pembinaan, sekalipun bertujuan menanamkan disiplin, tetapi menurutnya harus tetap mengedepankan pendekatan humanis dan kekeluargaan. “Tetapi betul-betul disiapkan secara serius, matangkan konsepnya, dan ada unsur pendekatan yang sifatnya humanis kekeluargaan. Selain melengkapi pembinaan disiplin militer itu tadi,” katanya.
Bahkan, Bima menyatakan sebagaimana pengalaman yang didapatkannya ketika mengikuti retret kepala daerah beberapa waktu lalu di Akademi Militer, para peserta mendapatkan materi soal penguatan dari sisi membangun hubungan kekeluargaan dengan jajaran kementerian dan lembaga
“Di sana kami mendapatkan kekeluargaan, ada tim building. (Memasukkan anak bermasalah ke barak) tempatnya boleh saja di barak tetapi di sana hendaknya disusun konsep yang juga melibatkan bimbingan atau konseling,” kata dia.
Sementara itu, sebanyak 69 siswa sekolah menengah di Jawa Barat yang terlibat dalam kenakalan remaja saat ini tengah mengikuti program pembinaan di barak militer. Program ini difasilitasi oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan jajaran TNI, sebagai respons terhadap meningkatnya kasus pelanggaran disiplin di kalangan pelajar.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan bahwa dari total peserta, sebanyak 39 siswa berasal dari Kabupaten Purwakarta, sementara 30 lainnya merupakan pelajar SMP dan SMA dari Kota Bandung. “Di Purwakarta ada 39, hari ini di sini (Bandung) ada 30,” kata Dedi di Rindam III Siliwangi, Kota Bandung, Jumat (2/5).
Menurut Dedi, para pelajar yang mengikuti pembinaan di barak menunjukkan sikap positif dan merasa senang. Ia menegaskan bahwa seluruh kebutuhan dasar siswa tetap dipenuhi selama proses pembinaan. “Mereka saya lihat sangat senang hari ini. Gizinya cukup, istirahatnya cukup, olahraganya cukup, sekolahnya cukup. Mereka tetap belajar, hanya saja gurunya yang datang ke lokasi,” ujarnya.
Dedi menjelaskan bahwa durasi pembinaan berbeda-beda, tergantung perkembangan masing-masing siswa. “Ada yang bisa pulih dalam tiga hari, ada juga yang butuh waktu sebulan,” katanya. (Ant/net)
Editor : MS Permana