Luar Biasa, Permintaan Pasar Mie Golosor Meroket Hampir 45 Ton Perhari, Selama Ramadan
Mie Golosor menjadi makanan favorit warga Bogor, tak heran produsen Mie Golosor sempat kewalahan menghadapi permintaan pasar, selama bulan Ramadan 1442 H.
BRO. Mie Golosor, bagi warga Bogor pasti sudah tidak asing lagi dengan hidangan khas bulan Ramadhan. Tak heran selama bulan puasa ini, mie golosor terus diburu pencinta kuliner baik anak-anak maupun orang dewasa.
Rasanya memang khas, berbeda dengan mie lainnya. Mie Golosor paling nikmat disantap apabila dicampur sambel kacang aroma jeruk limo. Bila yang sudah mencicipinya pasti ketagihan.
Memasuki bulan Ramadan, permintaan mie golosor , semakin melonjak tinggi di pasaran hingga 45 ton perharinya
Eman Sulaeman, salah satu pemilik pabrik mie golosor di Kota Bogor, mengaku sempat kewalahan menghadapi permintaan pasar pada bulan puasa tahun ini.
Eman, sudah menekuni membuat mie golosor sejak tahun 1998 menuturkan jika pada hari biasa, ia hanya memproduksi 3 hingga 5 ton mie golosor perhari, pada saat Ramadhan kali ini, ia dituntut untuk dapat memproduksi 40 hingga 45 ton, mie golosor perhari.
“Saat memasuki bulan Ramadhan ini permintaan bisa sekitar 40-45 ton perhari, tapi sumber daya manusia (SDM) nya terbatas, kita sanggup hanya 20 ton per hari,”ungkap Eman, saat ditemui, Jumat(16/4/).
Untuk memproduksi 20 ton mie golosor perhari, pabrik yang berlokasi di Jalan Aryadilaga, Pancasan Baru, Bogor Barat, Kota Bogor tersebut, mempekerjakan 28 orang pekerja.
“ Biar kerjanya selama 24 jam bisa memproduksi mie golosor, pekerjanya dibagi 2 shift masing-masing shift 14 orang pekerja,””tuturnya
Para pekerja, bertugas mulai dari mencampurkan bahan baku mie golosor, merebus hingga membungkus dan mengirimkannya ke sejumlah pasar tradisional.
Walau masih di tengah masa pandemi, pabrik milik Eman ini justru kebanjiran permintaan pasar.
“Jika dibandingkan tahun lalu, Ramadan tahun ini lebih banyak pesanan yang masuk,” ujarnya
Tingginya permintaan, harga jual mie golosor kepada pedagang di pasar pun mengalami kenaikan
menjadi Rp. 4.500 perkilogram, sebelumnya hanya Rp.4000 ,-
Dalam sehari, Eman bisa menghasilkan jutaan hingga ratusan juta rupiah dari hasil keringatnya memproduksi mie golosor.
“Kalau satu hari produksi 20 ton, tinggal dikalikan saja Rp.4500 perkilogram,” ungkapnya.
Eman mengaku, mie golosor buatannya itu hampir didistribusikan di seluruh wilayah Kota dan Kabupaten Bogor.
“Mie golosor saya pasarkan juga ke Cipanas-Cianjur dan Leuwiliang. Pokoknya 80% masih jual ke wilayah Bogor,” pungkasnya.
Penulis : Ayatullah
Editor : Azwar Lazuady