Memungut sampah itu amal jariyah,” kata Ki Bambang saat ditemui, Jumat (5/4). “Ini bukan hanya soal uang, tapi juga menjaga lingkungan.”
BRO – Di tengah gempuran modernisasi, Ki Bambang Sumantri, S.Sos tetap setia menjaga tradisi dan warisan budaya leluhur. Ketua Umum Pamong Budaya Bogor ini dikenal sebagai tokoh budaya yang telah mengabdikan puluhan tahun hidupnya untuk pelestarian seni dan adat di Kabupaten Bogor.
Namun di balik perannya sebagai pelestari budaya, Ki Bambang juga menjalani profesi sebagai pemulung botol dan kaleng bekas. Setiap pagi, ia menyusuri jalan-jalan di sekitar kawasan Tegar Beriman Pemda Kabupaten Bogor untuk mengumpulkan sampah yang masih bernilai jual.
“Memungut sampah itu amal jariyah,” kata Ki Bambang saat ditemui, Jumat (5/4). “Ini bukan hanya soal uang, tapi juga menjaga lingkungan.”
Pendapatannya dari kegiatan tersebut berkisar antara Rp200.000 hingga Rp500.000 per minggu. Meski penghasilannya jauh dari kata cukup, Ki Bambang tidak pernah lelah menyuarakan pentingnya pelestarian budaya.
Sebagai tokoh budaya Bogor, Ki Bambang telah banyak berjasa dalam menghidupkan kembali seni-seni tradisional yang hampir punah, seperti kesenian Blantek. Ia juga menggagas Pamong Budaya Award, ajang penghargaan bagi para seniman dan budayawan yang telah berkarya lebih dari dua dekade, termasuk pelestari Pencak Silat Cimande dan pegiat Angklung Gubrag.
Tak hanya itu, ia berhasil menghadirkan kereta pusaka Paksi Naga Liman dari Cirebon ke Bogor dalam sebuah perhelatan budaya lintas daerah yang mempererat hubungan antar-kasepuhan.
Ki Bambang juga dikenal sebagai penggagas acara sakral Ruwat Tujuh Gunung, yang telah berlangsung selama empat tahun berturut-turut. Ritual ini memadukan tradisi adat dengan aksi lingkungan seperti penanaman pohon sebagai simbol harmoni antara manusia dan alam.
Sebagai bagian dari misi Pamong Budaya Bogor, ia aktif menggelar diskusi budaya atau sawala budaya, untuk menghidupkan kembali semangat tradisi di kalangan generasi muda. Dalam perayaan ulang tahun Pamong Budaya ke-7 yang bertepatan dengan Hari Jadi Bogor, Ki Bambang berencana menggelar sunatan massal, pertunjukan Sisingaan, Ormat Tarawangsa, hingga Festival Bakar Seribu Menyan.
“Tradisi bukan sekadar masa lalu, tapi fondasi masa depan kita,” tegasnya.
Ki Bambang Sumantri membuktikan bahwa pelestarian budaya tidak selalu harus dilakukan dari balik meja atau panggung megah. Dari jalanan hingga pentas budaya, ia adalah simbol semangat yang tak pernah padam demi menjaga identitas bangsa.
Penulis : Bambang Sumantri, S.Sos
(Ketua Umum Pamong Budaya Bogor)
Editor : Adjet