BRO, Transgender menjadi terobosan di negeri anggur, Perancis. Karena belum lama ini, Marie Cau, seorang transgender di Perancis, terpilih sebagai walikota Tilloy-Lez Marchienes.
Ia adalah walikota transgender pertama di Perancis. Para aktivis menyebut kemenangan Marie Cau sebagai sebuah terobosan.
Usai menerima selempang kehormatan, Cau berjanji bakal meningkatkan kondisi lingkungan dan sosial kota yang dipimpinnya.
Cau secara meyakinkan merengkuh kemenangan dalam satu ronde pada pemilihan umum kepala daerah di Perancis 15 Maret lalu.
Manifesto “Deciding Together” yang diusungnya mendapatkan suara mayoritas, dari total 550 di kota yang berbatasan dengan Belgia itu.
Pelantikan politisi 50 tahun itu dilaksanakan dua bulan setelah pemilu, normalnya adalah lima hari, dikarenakan wabah virus corona.
“Saya sama sekali tidak terkejut dengan kemenangan saya raih,” kata Marie Cau, yang saat inaugurasi mengenakan setelan berwarna biru.
Sebagai seorang insinyur, dia mendeskripsikan sosoknya sebagai bos perusahaan, yang mempunyai minat terhadap pertanian dan lingkungan.
“Bukan karena saya transgender”
Wali kota baru itu menerangkan, penduduk memilihnya karena mereka sepakat dengan program pertanian keberlanjutan, ekonomi lokal, dan lingkungan yang diusungnya.
“Warga tidak memilih saya karena transgender. Mereka memilih karena program dan nilai. Rakyat ingin perubahan,” jelas Cau.
Dia mengaku mempunyai impian menjadikan kotanya sebagai daerah percontohan, di mana warga bisa melakukan hal yang tak bisa dikerjakan pemerintah.
Cau akan segera menjabat, dengan tantangannya adalah virus corona yang tengah mewabah. Namun, sang pejabat publik itu mengaku tak risau.
Sebab, dia sudah mempunyai tim impian untuk menunjang segala program kampanyenya, di mana tim itu berasal dari kelompok umur, gender, maupun asal yang beragam.
Pernyataan Cau bahwa dia dipilih bukan karena status fisiknya dibenarkan Herve Fontanel, salah satu warga Tilloy-Lez-Marchiennes.
“Dia sudah tinggal di sini selama 20 tahun. Jadi kami tahu bagaimana dia bekerja. Jika dia mampu membangun ikatan, begitu juga dengan Tilloy!” jelasnya.
Tetangga Fontanel, Marie-Josee Godefroy, juga sependapat. “Tentu kota kecil ini akan semakin sejahtera dan berbicara banyak,” cetusnya.
Visibilitas trans
Marie Cau dikenal karena nama tengah ketiganya, dengan 15 tahun sejak masa perubahannya, dia mengaku tidak mendapatkan diskriminasi.
“Ini aneh. Orang-orang tentu menjadi perhatian. Meski, ada beberapa kesalahan,” jelasnya seperti diberitakan AFP Senin (25/5/2020).
Pasangannya sekaligus penasihat kota, Nathalie Leconte, menuturkan Cau tidak takut untuk menceritakan seperti apa dirinya di hadapan orang-orang.
“Karena itu, saya terkejut dengan besarnya atensi yang diberikan media begitu dia memenangkan pemilihan ini,” jelas Leconte.
Cau menerangkan, dia terkejut karena orang juga terkejut. Dia menuturkan situasinya akan segera normal karena dia dipilih karena kampanyenya.
Meski begitu, dia mengakui dampak kemenangannya begitu besar. “Ini menunjukkan transgender bisa mempunyai kehidupan politik yang normal,” jelasnya.
Menteri Persamaan Gender Perancis, Marlene Schiappa, mengucapkan selamat atas kemenangan Marie Cau sebagai wali kota Tilloy-Lez-Marchiennes.
Co-presiden SOS Homophobie, Veronique Godet, menyatakan kemenangan Cau menjadi tonggak ukur dalam histori trans maupun perpolitikan Negeri “Anggur”.
Kita bisa melihat sekarang banyak warga trans mulai menjalani emansipasi, dan menjabat di tempat di mana mereka sebelumnya tak dianggap,” jelas Giovanna Rincon dari Acceptess-T.
Penulis: Redaksi si Bro
Editor: Adi Kurniawan