Pemkot Bogor Dinilai Belum Mampu Atasi Kesemrawutan dan Kemacetan? Ini  Komentar Warga….!!!

BRO. Hari ini 3 Juni 2020, Bogor memasuki usia yang ke-538 tahun. Sebagai daerah penyangga ibukota, Bogor senantiasa akan tetap menjadi destinasi wisata. Namun demikian, pesatnya pembangunan hunian modern seperti apartemen dan hotel, menambah persoalan baru yang belum juga bisa diatasi.

Mulai dari kesemrawutan penataan transportasi umum, kemacetan serta maraknya pembangunan pusat perbelanjaan modern (Mal), ternyata  masih menjadi persoalan yang selalu mendapat sorotan warganya.

Baca Juga: Pesta Rakyat Hari Jadi Bogor ke-538 Ditiadakan karena Pandemi, Paripurna dan Syukuran Digelar Virtual

Sorotan terhadap persoalan kesemrawutan transportasi umum dan kemacetan khususnya di Kota Bogor, memang paling banyak dikeluhkan masyarakat. Apalagi hari libur Sabtu dan Minggu, khususnya dilingkar Kebun Raya Bogor hingga saat ini masih menjadi simpul kemacetan yang berkepanjangan.

Kemacetan di Lingkar Kebun Raya Bogor. Foto: Hari YD

Ini disebabkan meningkatnya jumlah kendaraan yang masuk ke Kota Bogor sementara jalan tidak diperlebar,  membuat situasi kemacetan jalan raya di Kota Bogor. Bahkan kemacetan dan kesemrawutan arus lalulintas diperparah dengan angkutan kota yang berhenti seenaknya.

“Jumlah Angkot harus dikurangi atau cari solusi transportasi massal,” ungkap Tomy Gumelar warga sempur Kota Bogor.

Bahkan, katanya, sampai kapan istilah “Bogor sejuta angkot” bisa dihilangkan. Hal ini disampaikannya kepada bogornetwork.com (02/06/2020) ketika dimintai komentarnya terkait Hari Jadi Bogor ke-538.

Baca Juga: Hari Jadi Bogor ke-538 di Masa Pandemi, Rusa Bermasker Dijadikan Logo 

Memang mengatasi persoalan kemacetan di Kota Bogor tidak semudah seperti membalikan telapak tangan. Apalagi nantinya Kota Bogor memiliki wacana penyelenggaraan Trem yang bisa menjadi solusi angkutan massal.

Sementara Rezy warga Gunung Batu Kota Bogor yang juga dosen salah satu perguruan tinggi, di hari jadi Bogor ke 538 tahun ini, lebih menyoroti pembangunan pusat perbelanjaan modern yang tidak memperhatikan aspek Amdal lalulintas dan lingkungan.  “Stop pembangunan Mal,” cetusnya.

Baca Juga: Takbiran di Masa Pandemi, Bima Arya: Lebih Sepi dari Tahun Sebelumnya

Pemkot Bogor seharusnya berkaca pada peristiwa ketika kehadiran sebuah Mal di tajur yang menuai protes dari pengguna jalan dan mahasiswa Bogor pada 14 Januari lalu. “Jangan lagi lah, Kota Bogor dijadikan bisnis segelintir pemilik modal, bagaimana dengan  UMKM yang semakin terjepit tempat usahanya,” kata Rezy.

Lain lagi dengan Ibu Daryanti warga Abesin yang menyoroti kurangnya perhatian perawatan taman kota. “Jangan cuman taman2 Sempur aja yang diperhatikan tapi taman2 lainnya seperti di wilayah Kecamatan pun juga harus dirawat,” pintanya.

Meski demikian dibawah kepemimpinan Bima Arya, Kota Bogor dinilai sudah cukup baik dalam melakukan pembangunan taman kota, seperti Taman Heulang, Taman Sempur dan Taman kencana lebih terlihat Asri. Tapi harus dibarengi dengan perawatan jadi tidak terkesan kumuh dan kotor.

Baca Juga: Hari Ketiga Lebaran, Kawasan Puncak Mulai Ramai Diserbu Wisatawan Jabodetabek

“Seperti disediakan tempat sampah dan penataan pedagang makanan jajanan disekitar area taman. Bila perlu tempatkan petugas khusus untuk menjaga  taman itu biar tetap indah dan bersih,” katanya.

Apapun komentar yang diungkapkan warga ini merupakan kecintaan terhadap kotanya. Sebab, menurut mereka Bogor bukan hanya sebuah daerah tapi juga sebagai rumah tempat kehidupan. Bogor juga banyak menyimpan cerita dan Bogor juga sebagai kota bersejarah. “Wilujeung Milangkala Bogor ka 538”

Penulis: Azwar Lazuardy
Editor: Azwar Lazuardy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *